Sabtu, 23 Mei 2015

Candi Prambanan

Kompleks Candi Prambanan merupakan kompleks percandian di Kecamatan Prambanan, Magelang, Jawa Tengah. Kompleks percandian ini memiliki kesan yang dalemm banget buat saya (biasa masalah cewek :D). Candi ini memiliki 3 candi utama yang terletak di bagian halaman paling tinggi (halaman paling suci). Candi ini dulunya ditemukan dalam kondisi rusak, kemudian dipugar oleh pemerintah Belanda. Sekarang (Mei, 2015), candi - candi perwara yang terdapat di halaman paling luar sedang dipugar. Total candinya 240 candi, ohh menn. Pada pagar langkan candi Siwa terdapat relief cerita Ramayana, model penggambarannya ialah pradaksina (searah jarum jam gaess), jadi beda dengan di Penataran yang digambarkan secara prasawiya. Relief tersebut tidak selesai dan dilanjutkan di Candi Brahma. Sementara di pagar langkan candi Wisnu, terdapat pahatan relief kresnayana. Candi Prambanan oleh masyarakat sekitar kerap dikaitkan dengan legenda Loro Jonggrang, bahkan arca Durga Mahesa Sura Mahardini dianggap sebagai arca Loro Jonggrang (padahal bukan lo temen2 ^_^). Nihh saya kasih info lengkap nya.




1.         Lingkungan Geografis
Kompleks candi ini terletak di kecamatan Prambanan, Sleman dan kecamatan Prambanan, Klaten, kurang lebih 17 kilometer timur laut Yogyakarta, 50 kilometer barat daya Surakarta dan 120 kilometer selatan Semarang, persis di perbatasan antara provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Letaknya sangat unik, Candi Prambanan terletak di wilayah administrasi desa Bokoharjo, Prambanan, Sleman, sedangkan pintu masuk kompleks Candi Prambanan terletak di wilayah adminstrasi desa Tlogo, Prambanan, Klaten. Terletak di utara Jl. Raya Yogya-Solo. Dan bertepat pada letak astronomis 7,751919˚ Lintang selatan dan 110,492006˚ Bujur Timur.

2.         Kontek Historis
Menurut prasasti Siwagrha yang telah berhasil dibaca oleh De Casparis, candi ini mulai dibangun pada sekitar tahun 850 masehi oleh Rakai Pikatan, dan terus dikembangkan dan diperluas oleh Balitung Maha Sambu, di masa kerajaan Medang Mataram.
Nama Prambanan, berasal dari nama desa tempat candi ini berdiri, diduga merupakan perubahan nama dialek bahasa Jawa dari istilah teologi Hindu Para Brahman yang bermakna "Brahman Agung" yaitu Brahman atau realitas abadi tertinggi dan teragung yang tak dapat digambarkan, yang kerap disamakan dengan konsep Tuhan dalam agama Hindu. Pendapat lain menganggap Para Brahman mungkin merujuk kepada masa jaya candi ini yang dahulu dipenuhi oleh para brahmana. Pendapat lain mengajukan anggapan bahwa nama "Prambanan" berasal dari akar kata mban dalam Bahasa Jawa yang bermakna menanggung atau memikul tugas, merujuk kepada para dewa Hindu yang mengemban tugas menata dan menjalankan keselarasan jagat.
Nama asli kompleks candi Hindu ini adalah nama dari Bahasa Sansekerta; Siwagrha (Rumah Siwa) atau Siwalaya (Alam Siwa), berdasarkan Prasasti Siwagrha yang bertarikh 778 Saka (856 Masehi). Trimurti dimuliakan dalam kompleks candi ini dengan tiga candi utamanya memuliakan BrahmaSiwa, dan Wisnu. Akan tetapi Siwa Mahadewa yang menempati ruang utama di candi Siwa adalah dewa yang paling dimuliakan dalam kompleks candi ini.
Prambanan adalah candi Hindu terbesar dan termegah yang pernah dibangun di Jawa kuno, pembangunan candi Hindu kerajaan ini dimulai oleh Rakai Pikatan sebagai tandingan candi Buddha Borobudur dan juga candi Sewu yang terletak tak jauh dari Prambanan. Beberapa sejarawan lama menduga bahwa pembangunan candi agung Hindu ini untuk menandai kembali berkuasanya keluarga Sanjaya atas Jawa, hal ini terkait teori wangsa kembar berbeda keyakinan yang saling bersaing; yaitu wangsa Sanjaya penganut Hindu dan wangsa Sailendra penganut Buddha. Pastinya, dengan dibangunnya candi ini menandai bahwa Hinduisme aliran Saiwa kembali mendapat dukungan keluarga kerajaan, setelah sebelumnya wangsa Sailendra cenderung lebih mendukung Buddha aliran Mahayana. Hal ini menandai bahwa kerajaan Medang beralih fokus dukungan keagamaanya, dari Buddha Mahayana ke pemujaan terhadap Siwa.
Bangunan ini pertama kali dibangun sekitar tahun 850 Masehi oleh Rakai Pikatan dan secara berkelanjutan disempurnakan dan diperluas oleh Raja Lokapala dan raja Balitung Maha Sambu. Berdasarkan prasasti Siwagrha berangka tahun 856 M, bangunan suci ini dibangun untuk memuliakan dewa Siwa, dan nama asli bangunan ini dalam bahasa Sanskerta adalah Siwagrha (Sanskerta:Shiva-grha yang berarti: 'Rumah Siwa') atau Siwalaya (Sanskerta:Shiva-laya yang berarti: 'Ranah Siwa' atau 'Alam Siwa'). Dalam prasasti ini disebutkan bahwa saat pembangunan candi Siwagrha tengah berlangsung, dilakukan juga pekerjaan umum perubahan tata air untuk memindahkan aliran sungai di dekat candi ini. Sungai yang dimaksud adalah sungai Opak yang mengalir dari utara ke selatan sepanjang sisi barat kompleks candi Prambanan. Sejarawan menduga bahwa aslinya aliran sungai ini berbelok melengkung ke arah timur, dan dianggap terlalu dekat dengan candi sehingga erosi sungai dapat membahayakan konstruksi candi. Proyek tata air ini dilakukan dengan membuat sodetan sungai baru yang memotong lengkung sungai dengan poros utara-selatan sepanjang dinding barat di luar kompleks candi. Bekas aliran sungai asli kemudian ditimbun untuk memberikan lahan yang lebih luas bagi pembangunan deretan candi perwara (candi pengawal atau candi pendamping).
Beberapa arkeolog berpendapat bahwa arca Siwa di garbhagriha (ruang utama) dalam candi Siwa sebagai candi utama merupakan arca perwujudan raja Balitung, sebagai arca pedharmaan anumerta dirinya.
Kompleks bangunan ini secara berkala terus disempurnakan oleh raja-raja Medang Mataram berikutnya, seperti raja Daksa dan Tulodong, dan diperluas dengan membangun ratusan candi-candi tambahan di sekitar candi utama. Karena kemegahan candi ini, candi Prambanan berfungsi sebagai candi agung Kerajaan Mataram, tempat digelarnya berbagai upacara penting kerajaan. Pada masa puncak kejayaannya, sejarawan menduga bahwa ratusan pendeta brahmana dan murid-muridnya berkumpul dan menghuni pelataran luar candi ini untuk mempelajari kitab Weda dan melaksanakan berbagai ritual dan upacara Hindu. Sementara pusat kerajaan atau keraton kerajaan Mataram diduga terletak di suatu tempat di dekat Prambanan di Dataran Kewu.
Sekitar tahun 930-an, ibu kota kerajaan berpindah ke Jawa Timur oleh Mpu Sindok, yang mendirikan Wangsa Isyana. Penyebab kepindahan pusat kekuasaan ini tidak diketahui secara pasti. Akan tetapi sangat mungkin disebabkan oleh letusan hebat Gunung Merapi yang menjulang sekitar 20 kilometer di utara candi Prambanan. Kemungkinan penyebab lainnya adalah peperangan dan perebutan kekuasaan. Setelah perpindahan ibu kota, candi Prambanan mulai telantar dan tidak terawat, sehingga pelan-pelan candi ini mulai rusak dan runtuh.
Bangunan candi ini diduga benar-benar runtuh akibat gempa bumi hebat pada abad ke-16. Meskipun tidak lagi menjadi pusat keagamaan dan ibadah umat Hindu, candi ini masih dikenali dan diketahui keberadaannya oleh warga Jawa yang menghuni desa sekitar. Candi-candi serta arca Durga dalam bangunan utama candi ini mengilhami dongeng rakyat Jawa yaitu legenda Rara Jonggrang. Setelah perpecahan Kesultanan Mataram pada tahun 1755, reruntuhan candi dan sungai Opak di dekatnya menjadi tanda pembatas antara wilayah Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta (Solo).
Penduduk lokal warga Jawa di sekitar candi sudah mengetahui keberadaan candi ini. Akan tetapi mereka tidak tahu latar belakang sejarah sesungguhnya, siapakah raja dan kerajaan apa yang telah membangun monumen ini. Sebagai hasil imajinasi, rakyat setempat menciptakan dongeng lokal untuk menjelaskan asal-mula keberadaan candi-candi ini; diwarnai dengan kisah fantastis mengenai raja raksasa, ribuan candi yang dibangun oleh makhluk halus jin dan dedemit hanya dalam tempo satu malam, serta putri cantik yang dikutuk menjadi arca. Legenda mengenai candi Prambanan dikenal sebagai kisah Rara Jonggrang.

Pada tahun 1733, candi ini ditemukan oleh CA. Lons seorang berkebangsaan Belanda. Candi ini menarik perhatian dunia ketika pada masa pendudukan Britania atas Jawa. Ketika itu Colin Mackenzie, seorang surveyor bawahan Sir Thomas Stamford Raffles, menemukan candi ini. Meskipun Sir Thomas kemudian memerintahkan penyelidikan lebih lanjut, reruntuhan candi ini tetap telantar hingga berpuluh-puluh tahun. Penggalian tak serius dilakukan sepanjang 1880-an yang sayangnya malah menyuburkan praktek penjarahan ukiran dan batu candi. Kemudian pada tahun 1855 Jan Willem IJzerman mulai membersihkan dan memindahkan beberapa batu dan tanah dari bilik candi. Beberapa saat kemudian Isaäc Groneman melakukan pembongkaran besar-besaran dan batu-batu candi tersebut ditumpuk secara sembarangan di sepanjang Sungai Opak. Arca-arca dan relief candi diambil oleh warga Belanda dan dijadikan hiasan taman, sementara warga pribumi menggunakan batu candi untuk bahan bangunan dan pondasi rumah.
Pemugaran dimulai pada tahun 1918, akan tetapi upaya serius yang sesungguhnya dimulai pada tahun 1930-an. Pada tahun 1902-1903Theodoor van Erp memelihara bagian yang rawan runtuh. Pada tahun 1918-1926, dilanjutkan oleh Jawatan Purbakala (Oudheidkundige Dienst) di bawah P.J. Perquin dengan cara yang lebih sistematis sesuai kaidah arkeologi. Sebagaimana diketahui para pendahulunya melakukan pemindahan dan pembongkaran beribu-ribu batu secara sembarangan tanpa memikirkan adanya usaha pemugaran kembali. Pada tahun 1926 dilanjutkan De Haan hingga akhir hayatnya pada tahun 1930. Pada tahun 1931 digantikan oleh Ir. V. R. van Romondt hingga pada tahun 1942 dan kemudian diserahkan kepemimpinan renovasi itu kepada putra Indonesia dan itu berlanjut hingga tahun 1993 .
Upaya renovasi terus menerus dilakukan bahkan hingga kini. Pemugaran candi Siwa yaitu candi utama kompleks ini dirampungkan pada tahun 1953 dan diresmikan oleh Presiden pertama Republik Indonesia Sukarno. Banyak bagian candi yang direnovasi, menggunakan batu baru, karena batu-batu asli banyak yang dicuri atau dipakai ulang di tempat lain. Sebuah candi hanya akan direnovasi apabila minimal 75% batu asli masih ada. Oleh karena itu, banyak candi-candi kecil yang tak dibangun ulang dan hanya tampak fondasinya saja.
Kini, candi ini termasuk dalam Situs Warisan Dunia yang dilindungi oleh UNESCO, status ini diberikan UNESCO pada tahun 1991. Kini, beberapa bagian candi Prambanan tengah direnovasi untuk memperbaiki kerusakan akibat gempa Yogyakarta 2006. Gempa ini telah merusak sejumlah bangunan dan patung.

Pada awal tahun 1990-an pemerintah memindahkan pasar dan kampung yang merebak secara liar di sekitar candi, menggusur kawasan perkampungan dan sawah di sekitar candi, dan memugarnya menjadi taman purbakala. Taman purbakala ini meliputi wilayah yang luas di tepi jalan raya Yogyakarta-Solo di sisi selatannya, meliputi seluruh kompleks candi Prambanan, termasuk Candi LumbungCandi Bubrah, dan Candi Sewu di sebelah utaranya. Pada tahun 1992 Pemerintah Indonesia Perusahaan milik negara, Persero PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko. Badan usaha ini bertugas mengelola taman wisata purbakala di Borobudur, Prambanan, Ratu Boko, serta kawasan sekitarnya. Prambanan adalah salah satu daya tarik wisata terkenal di Indonesia yang banyak dikunjungi wisatawan dalam negeri ataupun wisatawan mancanegara.
Tepat di seberang sungai Opak dibangun kompleks panggung dan gedung pertunjukan Trimurti yang secara rutin menggelar pertunjukan Sendratari Ramayana. Panggung terbuka Trimurti tepat terletak di seberang candi di tepi Barat sungai Opak dengan latar belakang Candi Prambanan yang disoroti cahaya lampu. Panggung terbuka ini hanya digunakan pada musim kemarau, sedangkan pada musim penghujan, pertunjukan dipindahkan di panggung tertutup. Tari Jawa Wayang orang Ramayana ini adalah tradisi adiluhung keraton Jawa yang telah berusia ratusan tahun, biasanya dipertunjukkan di keraton dan mulai dipertunjukkan di Prambanan pada saat bulan purnama sejak tahun 1960-an. Sejak saat itu Prambanan telah menjadi daya tarik wisata budaya dan purbakala utama di Indonesia.
Setelah pemugaran besar-besaran tahun 1990-an, Prambanan juga kembali menjadi pusat ibadah agama Hindu di Jawa. Kebangkitan kembali nilai keagamaan Prambanan adalah karena terdapat cukup banyak masyarakat penganut Hindu, baik pendatang dari Bali atau warga Jawa yang kembali menganut Hindu yang bermukim di Yogyakarta, Klaten dan sekitarnya. Tiap tahun warga Hindu dari provinsi Jawa Tengah dan Yogyakarta berkumpul di candi Prambanan untuk menggelar upacara pada hari suci GalunganTawur Kesanga, dan Nyepi.

Pada 27 Mei 2006 gempa bumi dengan kekuatan 5,9 pada skala Richter (sementara United States Geological Survey melaporkan kekuatan gempa 6,2 pada skala Richter) menghantam daerah Bantul dan sekitarnya. Gempa ini menyebabkan kerusakan hebat terhadap banyak bangunan dan kematian pada penduduk sekitar. Gempa ini berpusat pada patahan tektonik Opak yang patahannya sesuai arah lembah sungai Opak dekat Prambanan. Salah satu bangunan yang rusak parah adalah kompleks Candi Prambanan, khususnya Candi Brahma. Foto awal menunjukkan bahwa meskipun kompleks bangunan tetap utuh, kerusakan cukup signifikan. Pecahan batu besar, termasuk panil-panil ukiran, dan kemuncak wajra berjatuhan dan berserakan di atas tanah. Candi-candi ini sempat ditutup dari kunjungan wisatawan hingga kerusakan dan bahaya keruntuhan dapat diperhitungkan. Balai arkeologi Yogyakarta menyatakan bahwa diperlukan waktu berbulan-bulan untuk mengetahui sejauh mana kerusakan yang diakibatkan gempa ini. Beberapa minggu kemudian, pada tahun 2006 situs ini kembali dibuka untuk kunjungan wisata. Pada tahun 2008, tercatat sejumlah 856.029 wisatawan Indonesia dan 114.951 wisatawan mancanegara mengunjungi Prambanan. Pada 6 Januari 2009 pemugaran candi Nandi selesai. Pada tahun 2009, ruang dalam candi utama tertutup dari kunjungan wisatawan atas alasan keamanan.

3.         Kontek Arkeologi
Di Candi Prambanan ditemukan berbagai arca dimana diantaranya adalah Dewa Siwa, Agastya, Dewa Ganesha, Dewi Durga, Dewa Brahma, Dewa Wisnu, Mahakala, Nandiswara, Dewa Candra, dan Dewa Surya. Di Candi Siwa (Candi utama) terdapat 6 arca, antara lain Dewa Siwa di bilik utama, Agastya di relung selatan candi utama, Dewa Ganesha di relung barat atau belakang candi utama, Dewi Durga di relung utara candi utama, Mahakala di relung sebelah kanan pintu masuk candi utama, dan Nandiswara di relung sebelah kiri pintu masuk candi utama. Kemudian di Candi Wisnu (di sebelah utara candi induk) terdapat arca Dewa Wisnu saja di bilik utama Candi Wisnu (candi terletak di sebelah kiri atau utara candi utama). Di Candi Brahma terdapat arca Dewa Brahma di bilik utama Candi Brahma (candi terletak di sebelah kanan atau selatan candi utama). Didepan ketiga candi (candi utama dan kanan-kirinya) terdapat tiga candi pendamping yang berfungsi untuk mendampingi setiap candi tersebut. Di depan Candi Siwa (candi induk) terdapat candi wahana Nandi yang dimana di dalamnya terdapat arca Nandi, Nandi merupakan kendaraan Dewa Siwa. Di depan Candi Wisnu terdapat Candi wahana Garuda yang terdapat bilik utama yang diyakini dulu terdapat arca Garuda, namun saat ini hanya terdapat arca kecil berwujud seekor naga. Garuda merupakan kendaraan Dewa Wisnu. Sedangkan di depan Candi Brahma terdapan Candi wahana Angsa, namun saat ini tidak ditemukan apapun dalam bilik tersebut. Angsa merupakan kendaraan Dewa Brahma.

4.         Konteks Historis / Cerita Rakyat
Cerita rakyat yang berkembang di sekitar Candi Prambanan adalah legenda Roro Jonggrang yang dimana diyakini oleh masyarakat sekitar adanya patung Roro Jonggrang di Candi Prambanan, sehingga Candi Prambanan juga disebut oleh masyarakat sekitar seagai Candi Roro Jonggrang. Sebenarnya bukan patung Roro Jonggrang melainkan Patung Dewi Durga di bilik utama Candi Induk. Kisah dimulai dengan adanya kerajaan yang damai dan makmur disebut sebagai Kerajaan Boko yang dipimpin oleh Prabu Baka. Prabu Baka memiliki putri yang cantik jelita bernama Roro Jonggrang. Pada suatu saat kerajaan diserang oleh kerajaan lain yang dipimpin oleh Bandung Bondowoso. Pada saat penyerangan tersebut sang Prabu Baka gugur, dan kemenangan ditangan Bandung Bondowoso. Bandung Bondowoso berniat mengambil Roro Jonggrang, putri Prabu Baka untuk dijadikan istrinya. Sang putri merasa sakit hati atas kematian ayahnya. Sehingga ia pun memberikan syarat yang tidak masuk akal untuk mempermalukan Bandung Bondowoso, yakni membuat seribu candi beserta dengan arcanya hanya dalam waktu semalam.
Namun diluar dugaan Sang Putri, Bandung Bondowoso dengan segala kesaktiannya, ia mampu mendatangkan ribuan jin yang akan membangun candi tersebut. Ketika masih tengah malam bangunan candi telah hampir selesai dan Roro Jonggrang pun khawatir bila candi selesai pada saat sebelum fajar tiba. Maka ia pun memikirkan cara agar supaya candi tidak dapat diselesaikan sebelum fajar tiba. Roro Jonggrang pun membangunkan semua gadis di Prambanan dan menyuruh untuk membakar jerami di sisi timur, dan menumbuk padi serta membangunkan ayam-ayam jago untuk berkokok pertanda pagi tiba. Bandung Bondowoso pun sangat murka mengetahui usaha kerasnya digagalkan oleh Roro Jonggrang. Didalam kemurkaannya, Bandung Bondowoso mengutuk Roro Jonggrang sebagai penggenap patung yang keseribu dan para gadis-gadis Prambanan dikutuk menjadi “Perawan Tua” karena telah membantu Roro Jonggrang.

5.         Deskripsi Situs
Pintu masuk ke kompleks bangunan ini terdapat di keempat arah penjuru mata angin, akan tetapi arah hadap bangunan ini adalah ke arah timur, maka pintu masuk utama candi ini adalah gerbang timur. Kompleks candi Prambanan terdiri dari:
a.      3 Candi Trimurti: candi Siwa, Wisnu, dan Brahma
b.      3 Candi Wahana: candi Nandi, Garuda, dan Angsa
c.       2 Candi Apit: terletak antara barisan candi-candi Trimurti dan candi-candi Wahana di sisi utara dan selatan
d.      4 Candi Kelir: terletak di 4 penjuru mata angin tepat di balik pintu masuk halaman dalam atau zona inti
e.       4 Candi Patok: terletak di 4 sudut halaman dalam atau zona inti
f.       224 Candi Perwara: tersusun dalam 4 barisan konsentris dengan jumlah candi dari barisan terdalam hingga terluar: 44, 52, 60, dan 68
Maka terdapat total 240 candi di kompleks Prambanan.

Aslinya terdapat 240 candi besar dan kecil di kompleks Candi Prambanan. Tetapi kini hanya tersisa 18 candi; yaitu 8 candi utama dan 8 candi kecil di zona inti serta 2 candi perwara. Banyak candi perwara yang belum dipugar, dari 224 candi perwara hanya 2 yang sudah dipugar, yang tersisa hanya tumpukan batu yang berserakan. Kompleks candi Prambanan terdiri atas tiga zona; pertama adalah zona luar, kedua adalah zona tengah yang terdiri atas ratusan candi, ketiga adalah zona dalam yang merupakan zona tersuci tempat delapan candi utama dan delapan kuil kecil.
Penampang denah kompleks candi Prambanan adalah berdasarkan lahan bujur sangkar yang terdiri atas tiga bagian atau zona, masing-masing halaman zona ini dibatasi tembok batu andesit. Zona terluar ditandai dengan pagar bujur sangkar yang masing-masing sisinya sepanjang 390 meter, dengan orientasi Timur Laut - Barat Daya. Kecuali gerbang selatan yang masih tersisa, bagian gerbang lain dan dinding candi ini sudah banyak yang hilang. Fungsi dari halaman luar ini secara pasti belum diketahui; kemungkinan adalah lahan taman suci, atau kompleks asrama Brahmana dan murid-muridnya. Mungkin dulu bangunan yang berdiri di halaman terluar ini terbuat dari bahan kayu, sehingga sudah lapuk dan musnah tak tersisa.
Candi Prambanan adalah salah satu candi Hindu terbesar di Asia Tenggara selain Angkor Wat. Tiga candi utama disebut Trimurti dan dipersembahkan kepada tiga dewa utama TrimurtiSiwa sang Penghancur, Wisnu sang Pemelihara dan Brahma sang Pencipta. Di kompleks candi ini Siwa lebih diutamakan dan lebih dimuliakan dari dua dewa Trimurti lainnya. Candi Siwa sebagai bangunan utama sekaligus yang terbesar dan tertinggi, menjulang setinggi 47 meter.

Candi Siwa
Halaman dalam adalah zona paling suci dari ketiga zona kompleks candi. Pelataran ini ditinggikan permukaannya dan berdenah bujur sangkar dikurung pagar batu dengan empat gerbang di empat penjuru mata angin. Dalam halaman berpermukaan pasir ini terdapat delapan candi utama; yaitu tiga candi utama yang disebut candi Trimurti ("tiga wujud"), dipersembahkan untuk tiga dewa Hindu tertinggi: Dewa Brahma Sang PenciptaWishnu Sang Pemelihara, dan Siwa Sang Pemusnah.
Candi Siwa sebagai candi utama adalah bangunan terbesar sekaligus tertinggi di kompleks candi Rara Jonggrang, berukuran tinggi 47 meter dan luas 34x34 meter. Puncak mastaka atau kemuncak candi ini dimahkotai modifikasi bentuk wajra yang melambangkan intan atau halilintar. Bentuk wajra ini merupakan versi Hindu sandingan dari stupa yang ditemukan pada kemuncak candi Buddha. Candi Siwa dikelilingi lorong galeri yang dihiasi relief yang menceritakan kisah Ramayana; terukir di dinding dalam pada pagar langkan. Di atas pagar langkan ini dipagari jajaran kemuncak yang juga berbentuk wajra. Untuk mengikuti kisah sesuai urutannya, pengunjung harus masuk dari sisi timur, lalu melakukan pradakshina yakni berputar mengelilingi candi sesuai arah jarum jam. Kisah Ramayana ini dilanjutkan ke Candi Brahma.
Candi Siwa di tengah-tengah, memuat lima ruangan, satu ruangan di setiap arah mata angin dan satu garba griha, yaitu ruangan utama dan terbesar yang terletak di tengah candi. Ruangan timur terhubung dengan ruangan utama tempat bersemayam sebuah arca Siwa Mahadewa(Perwujudan Siwa sebagai Dewa Tertinggi) setinggi tiga meter.
Tiga ruang yang lebih kecil lainnya menyimpan arca-arca yang ukuran lebih kecil yang berkaitan dengan Siwa. Di dalam ruang selatan terdapat Resi Agastya, Ganesha putra Siwa di ruang barat, dan di ruang utara terdapat arca sakti atau istri Siwa, Durga Mahisasuramardini, menggambarkan Durga sebagai pembasmi Mahisasura, raksasa Lembu yang menyerang swargaloka. Arca Durga ini juga disebut sebagai Rara Jonggrang (dara langsing) oleh penduduk setempat. Arca ini dikaitkan dengan tokoh putri legendaris Rara Jonggrang.

Candi Brahma dan Candi Wishnu
Dua candi lainnya dipersembahkan kepada Dewa Wisnu, yang terletak di sisi utara dan satunya dipersembahkan kepada Brahma, yang terletak di sisi selatan. Kedua candi ini memiliki bentuk dan ukuran yang sama yakni lebar 20 x 20 meter dan tinggi 33 meter, dan sama-sama menghadap ke timur dan hanya terdapat satu ruang, yang dipersembahkan untuk dewa-dewa ini. Dari persamaan terdapat perbedaan yakni Candi Brahma menyimpan arca Brahma dan Candi Wishnu menyimpan arca Wishnu yang berukuran tinggi hampir 3 meter. Selain itu, di Candi Brahma terpahat lanjutan kisah Ramayana dari Candi Siwa. Dan di Candi Wisnu dipahatkan relief cerita Kresnayana (Awatara atau titisan Dewa Wisnu).

Candi Wahana
Tepat di depan candi Trimurti terdapat tiga candi yang lebih kecil daripada candi Brahma dan Wishnu yang dipersembahkan kepada kendaraan atau wahana dewa-dewa ini; sang lembu Nandi wahana Siwa, sang Angsa wahana Brahma, dan sang Garuda wahana Wisnu. Candi-candi wahana ini terletak tepat di depan dewa penunggangnya. Di depan candi Siwa terdapat candi Nandi, di dalamnya terdapat arca lembu Nandi. Ukuran candi ini setinggi 25 meter dan lebar 15 x 15 meter. Pada dinding di belakang arca Nandi ini di kiri dan kanannya mengapit arca Chandra dewa bulan dan Surya dewa matahari. Chandra digambarkan berdiri di atas kereta yang ditarik 10 kuda, sedangkan Surya berdiri di atas kereta yang ditarik 7 kuda. Tepat di depan candi Brahma terdapat candi Angsa. Candi ini kosong dan tidak ada arca Angsa di dalamnya. Mungkin dulu pernah bersemayam arca Angsa sebagai kendaraan Brahma di dalamnya. Candi angsa memiliki ukuran tinggi 22 meter dan lebar 13 x 13 meter. Di depan candi Wishnu terdapat candi yang dipersembahkan untuk Garuda, akan tetapi sama seperti candi Angsa, di dalam candi ini tidak ditemukan arca Garuda. Ukuran candi ini sama dengan candi angsa. Mungkin dulu arca Garuda pernah ada di dalam candi ini. Hingga kini Garuda menjadi lambang penting di Indonesia, yaitu sebagai lambang negara Garuda Pancasila.

Candi Apit, Candi Kelir, dan Candi Patok
Di antara baris keenam candi-candi utama ini terdapat Candi Apit. Ukuran Candi Apit hampir sama dengan ukuran candi perwara, yaitu tinggi 14 meter dengan tapak denah 6 x 6 meter. Disamping 8 candi utama ini terdapat candi kecil berupa kuil kecil yang mungkin fungsinya menyerupai pelinggihan dalam Pura Hindu Bali tempat meletakan canang atau sesaji, sekaligus sebagai aling-aling di depan pintu masuk. Candi-candi kecil ini yaitu; 4 Candi Kelir pada empat penjuru mata angin di muka pintu masuk, dan 4 Candi Patok di setiap sudutnya. Candi Kelir dan Candi Patok berbentuk miniatur candi tanpa tangga dengan tinggi sekitar 4,10 meter dan lebar 1,55 x 1,55 meter.


Candi Perwara
Dua dinding berdenah bujur sangkar yang mengurung dua halaman dalam, tersusun dengan orientasi sesuai empat penjuru mata angin. Dinding kedua berukuran panjang 225 meter di tiap sisinya. Di antara dua dinding ini adalah halaman kedua atau zona kedua. Zona kedua terdiri atas 224 candi perwara yang disusun dalam empat baris konsentris. Candi-candi ini dibangun di atas empat undakan teras-teras yang makin ke tengah sedikit makin tinggi. Empat baris candi-candi ini berukuran lebih kecil daripada candi utama. Candi-candi ini disebut "Candi Perwara" yaitu candi pengawal atau candi pelengkap. Candi-candi perwara disusun dalam empat baris konsentris baris terdalam terdiri atas 44 candi, baris kedua 52 candi, baris ketiga 60 candi, dan baris keempat sekaligus baris terluar terdiri atas 68 candi.
Masing-masing candi perwara ini berukuran tinggi 14 meter dengan tapak denah 6 x 6 meter, dan jumlah keseluruhan candi perwara di halaman ini adalah 224 candi. Kesemua candi perwara ini memiliki satu tangga dan pintu masuk sesuai arah hadap utamanya, kecuali 16 candi di sudut yang memiliki dua tangga dan pintu masuk menghadap ke dua arah luar. Jika kebanyakan atap candi di halaman dalam zona inti berbentuk wajra, maka atap candi perwara berbentuk ratna yang melambangkan permata.
Aslinya ada banyak candi yang ada di halaman ini, akan tetapi hanya sedikit yang telah dipugar. Bentuk candi perwara ini dirancang seragam. Sejarawan menduga bahwa candi-candi ini dibiayai dan dibangun oleh penguasa daerah sebagai tanda bakti dan persembahan bagi raja. Sementara ada pendapat yang mengaitkan empat baris candi perwara melambangkan empat kasta, dan hanya orang-orang anggota kasta itu yang boleh memasuki dan beribadah di dalamnya; baris paling dalam hanya oleh dimasuki kasta Brahmana, berikutnya hingga baris terluar adalah barisan candi untuk KsatriyaWaisya, dan Sudra. Sementara pihak lain menganggap tidak ada kaitannya antara candi perwara dan empat kasta. Barisan candi perwara kemungkinan dipakai untuk beribadah, atau tempat bertapa (meditasi) bagi pendeta dan umatnya.
Pada saat pemugaran, tepat di bawah arca Siwa di bawah ruang utama candi Siwa terdapat sumur yang didasarnya terdapat pripih (kotak batu). Sumur ini sedalam 5,75 meter dan peti batu pripih ini ditemukan diatas timbunan arang kayu, tanah, dan tulang belulang hewan korban. Di dalam pripih ini terdapat benda-benda suci seperti lembaran emas dengan aksara bertuliskan Waruna (dewa laut) dan Parwata (dewa gunung). Dalam peti batu ini terdapat lembaran tembaga bercampur arang, abu, dan tanah, 20 keping uang kuno, beberapa butir permata, kaca, potongan emas, dan lembaran perak, cangkang kerang, dan 12 lembaran emas (5 diantaranya berbentuk kura-kura, ular naga (kobra),padma, altar, dan telur).
 

Relief
Ramayana dan Krishnayana
Candi ini dihiasi relief naratif yang menceritakan epos Hindu; Ramayana dan Krishnayana. Relif berkisah ini diukirkan pada dinding sebelah dalam pagar langkan sepanjang lorong galeri yang mengelilingi tiga candi utama. Relief ini dibaca dari kanan ke kiri dengan gerakan searah jarum jam mengitari candi. Hal ini sesuai dengan ritual pradaksina, yaitu ritual mengelilingi bangunan suci searah jarum jam oleh peziarah. Kisah Ramayana bermula di sisi timur candi Siwa dan dilanjutkan ke candi Brahma temple. Pada pagar langkan candi Wisnu terdapat relief naratif Krishnayana yang menceritakan kehidupan Krishna sebagai salah satu awatara Wishnu.
Relief Ramayana menggambarkan bagaimana Shinta, istri Rama, diculik oleh Rahwana. Panglima bangsa wanara (kera), Hanuman, datang ke Alengka untuk membantu Rama mencari Shinta. Kisah ini juga ditampilkan dalam Sendratari Ramayana, yaitu pagelaran wayang orang Jawa yang dipentaskan secara rutin di panggung terbuka Trimurti setiap malam bulan purnama. Latar belakang panggung Trimurti adalah pemandangan megah tiga candi utama yang disinari cahaya lampu.
Berikut urutan panil Prambanan yang berkisah tentang Ramayana:
1.      Lima dewa menangis di hadapan Dewa Wisnu.
2.      Menghadap Raja Dasarata (ayah Sri Rama) dan permaisuri Pendeta Wiswamitra.
3.      Raja Dasarata membei hormat kepada tamunya.
4.      Rama membunuh raksasa perempuan.
5.      Semuanya menuju pertapaan Pendeta Wiswamitra, Rama membunuh Danawa.
6.      Rama menarik busur.
7.      Rama dan Shinta (istrinya) beserta Laksmana (adik Sri Rama seayah namun lain ibu, ibunya bernama Sumitra) pulang ke Kerajaan Ayodya.
8.      Rama berhasil menarik busur Parasurama.
9.      Dasarata menobatkan Rama sebagai penggantinya dalam memerintah Ayodya, namun mendapat tentangan dari ibu tirinya (Kekayi, istri ketiga Prabu Dasarata).
10.  Barata, adik Sri Rama seayah namun lain ibu (anak Dewi Kekayi) dinobatkan menjadi raja dengan tari-tarian.
11.  Dasarata dan Kosaya, ibu Sri Rama bersedih karena Rama meninggalkan kerajaan.
12.  Sri Rama, Shinta, dan Laksmana meninggalkan kerajaan.
13.  Persiapan pembakaran Dasarata.
14.  Barata menyusul Sri Rama agar kembali menjadi raja, namun Sri Rama menolak, dan hanya terompahnya (sandal) yang diberikan pada Barata.
15.  Sri Rama, Shinta, dan Laksmana di dalam hutan. Sri Rama dan Laksmana berperang melawan Wirata.
16.  Cerita Sri Rama, Shinta, dan burung gagak.
17.  Raksasa perempuan bernama Sarpakenaka (adik Rahwana) jatuh hati pada Sri Rama dan inginmenjadi istrinya.
18.  Sri Rama menyusruh Sarpakenaka menikah dengan Laksmana, namun ditolak.
19.  Laksmana menunggui Shinta, Sri Rama sedang mengejar Kijang Kencana.
20.  Kijang kencana terkena panah Sri Rama, dan kijang berubah menjadi raksasa Kalamerica (patih Rahwana) yang menjerit mirip suara Sri Rama dan terdengar oleh Shinta.
21.  Shinta di culik oleh Rahwana yang menyamar menjadi seorang Brahmana.
               22.  Rahwana yang menculik Shinta dihadang oleh Jatayu. Dalam perang itu Jatayu terluka parah. 
23.  Sebelum mati, Jatayu menyerahkan cincin Shinta kepada Sri Rama.
24.  Sri Rama dan Laksmana berperang melawan Kabanda.
25.  Sri Rama dan Laksmana berjumpa dengan buaya jelmaan bidadari yang kena kutuk.
26.  Sri Rama dan Laksmana bertemu Hanoman.
27.  Sri Rama dan Laksmana bertemu Sugriwa.
28.  Sri Rama memperlihatkan kekuatannya.
29.  Sugriwa dan Subali berperang.
30.  Subali mati terkena panah Sri Rama.

31.  Sugriwa kembali menjadi raja.
32.  Sri Rama, Laksmana, dan Sugriwa berunding.
33.  Mereka merundingkan siasat perang.
34.  Sugriwa meminta Sri Rama agar memerintahkan Hanoman mencari Shinta.
35.  Dayang-dayang memberitahu Shinta dan Trijata bahwa ada seekor yang bersembunyi di taman sari.
36.  Hanoman menghadap Shinta.
37.  Hanoman ditangkap dan dihukum bakar.
38.  Hanoman dapat meloloskan diri dan mengamuk membakar kota Alengka.
39.  Hanoman menghadap Sri Rama melaporkan hasil pengintaiannyan di Alengka.
40.  Sri Rama marah pada Dewa Laut.
41.  Pasukan kera membangun jembatan.

42.  Sri Rama, Sugriwa, dan pasukan kera berangkat menuju alengka melalui jembatan yang telah selesai dibuat.
Kelanjutan cerita Ramayana terdapat pada bagian dalam langkan Candi Brahma.
1.      Di Alengka, Sri Rama, Laksmana, dan wisamitra merundingkan siasat perang, dan datang Wibisana (adik Rahwana) yang bersumpah akan membantu Sri Rama.
2.      Rama mengirim utusan untuk meminta Shinta.
3.      Anggada, utusan Sri Rama tertangkap di Alengka. Daun telinganya dipotong untuk menghina Sri Rama.
4.      Anggada menghadap Sri Rama. Sri Rama sangat marah atas penghinaan Rahwana. Balatentara kera dengan senjata lengkap menuju medan perang.
5.      Hanoman, Laksamana, Sugriwa, rama dan Wiswamitra menuju medan perang.
6.      Dari angkasa, Inderajid, anak rahwana melepaskan panah rantai yang erujud ular. Rama dan Laksamana yang terbelit tak berdaya ditolong oleh burung Garuda yang memakan ular sampai habis.
7.      Rama dan Laksamana di medan perang bertempur melawan raksasa yang dipimpin Rahwana dengan mengendarai kereta terbang.
8.      Kumbakarna dibangunkan dari tidurnya untuk menjadi panglima perang. Kumbakarna menuju medan perang tetapi bukan untuk membela Rahwana melainkan sebagai ksatria yang membela negaranya.
9.      Kumbakarna dikerubut tentara kera . rama melepas panah dan tepat mengenai Kumbakarna . Kumbakarna gugur sebagai pahlawan.
10.  Jenazah Kumbakarna disucikan dan dianggap seagai pahlawan.
11.  Sinta duduk di taman bersama Trijata. Trijata memberitahu Sinta bahwa Alengka telah jatuh dan Rama telah datang ke Alengka.
12.  Rahwana tewas dalam perang . Jenazahnya dikebumikan selir-selirnya.
13.  Setelah Alengka jatuh dan Rahwana tewas. Wiswamitra dan murid-muridnya hidup dengan tentram dan damai.
14.  Rama bertemu Sinta, Laksamana dan Wibisana menghadap. Wibisana dinobatkan menjadi raja di Alengka.
15.  Laksamana dan Barata menghadap Rama dan Shinta. Barata menyerahkan Ayodya kepada Rama. Rama menjadi Raja Ayodya.
16.  Rma duduk di singgasana didampingi oleh Shinta yang sedang mengandung. Rama curiga pada kehamilan Sinta.
17.  Sinta dan Laksamana mengendarai kereta menuju hutan. Laksamana diam-diam diperintahkan rama untuk mengasingkan Sinta.
18.  Di hutan, Laksamana dengan terpaksa mengatkan kepada Sinta, kenapa dia diasingkan . Sinta sangat berduka.
19.  Sinta hidup seorang diri di dalam hutan. Sinta ditemani binatang-binatang buas.
20.  Sinta bertemu dengan pertapa yang bersedia menjaga keselamatannya.
21.  Sinta melahirkan anak kembar, diberi nama Lawa dan Kusa.
22.  Di pertapaan diadakan upacara kelahiran Lawa dan Kusa. Datang banyak ksatria mendoakan kedua bayi agar kelak menjadi ksatria utama.
23.  Sinta dan anak-anaknya mencari buah-buahan.
24.  Lawa dan Kusa rajin berlatih perang dan memanah
25.  Sinta wafat. Lawa dan Kusa berkabung. Sang pertama membuka rahasia hidupnya bahwa anak Rama.
26.  Kerajaan Ayodya mengadakan perayaan Aswameda. Lawa dan Kusa sedang menuju Ayodya.
27.  Lawa dan Kusa telah sampai di kraton Ayodya. Keduanya dipanggil Rama karena mengetahui riwayat Rama.
28.  Sang pertapa menghadap Rama, dan menceritakan riwayat Sinta di dalam hutan sampai wafatnya.
29.  Rama sangat menyesali perbuatannya terhadap Sinta. Rama menebus dosanya dengan mengangkat Lawa sebagai Raja Ayodya, dan Kusa sebagai Raja Muda. Rama hidup menjadi pertapa di Gunung Mahameru.
30.  Kraton ayodya mengadakan upacara penobatan Raja lawa dengan pesta besar-besaran yang dihadiri para Brahmana dan Pertapa.

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan  bahwa pada dasarnya relief pada Candi Penataran (Jawa Timur) dan Candi Prambanan (Jawa Tengah) ialah sama, yaitu Relief Ramayana. Namun juga terdapat perbedaan tertentu antara kedua relief tersebut. Diantaranya ialah:

No
Perbedaan
Ramayana Candi Penataran
Ramayana Candi Prambanan
1
Letak
Dipahatkan pada bagian luar badan Candi utama
Dipahatkan pada bagian dalam pagar langkan Candi Siwa dan Candi Brahma
2
Hiasan
Relief tokoh digambarkan di tengah – tengah awan atau batu karang
Relief tokoh tidak digambarkan di tengah – tengah awan atau batu karang
3
Bentuk pahatan manusia
Berbentuk agak kaku dan menyerupai wayang Bali
Berbentuk halus seperti manusia biasanya dengan gaya Helenisme
4
Proporsi tubuh relief
Tidak proposional, karena adanya beberapa relief tokohnya lebih besar salah satu
Proposional, antara tokoh satu dengan tokoh lain dalam panil sama proposinya
5
Arah membaca relief
Prasawija (tidak searah jarum jam atau mengirikan candi), dimulai dari Barat Laut
Pradaksina (searah jarum jam atau menganankan candi), dimulai dari pintu sebelah timur
6
Awal cerita
Dimulai dari kisah Hanoman Duta
Dimulai dari kisah lima Dewa yang menangis di hadapan Dewa Wisnu
7
Urutan cerita
Dipisahkan dengan motif medalion (motif tumbuhan berbentuk lingkaran)
Tidak dipisahkan dengan sebuah medalion, melainkan polosan
8
Relief tokoh Hanoman
Digambarkan berdiri tegak dan dalam wujud manusia, serta digambarkan ekornya menjulang ke atas
Digambarkan tidak berwujud seperti manusia, melainkan seperti kera biasanya
            
Lokapala, Brahmana, dan Dewata
Di seberang panel naratif relief, di atas tembok tubuh candi di sepanjang galeri dihiasi arca-arca dan relief yang menggambarkan para dewata dan resi brahmana. Arca dewa-dewa lokapala, dewa surgawi penjaga penjuru mata angin dapat ditemukan di candi Siwa. Sementara arca para brahmana penyusun kitab Weda terdapat di candi Brahma. Di candi Wishnu terdapat arca dewata yang diapit oleh dua apsara atau bidadari kahyangan.

Panil Prambanan: Singa dan Kalpataru
Di dinding luar sebelah bawah candi dihiasi oleh barisan relung (ceruk) yang menyimpan arca singa diapit oleh dua panil yang menggambarkan pohon hayat kalpataru. Pohon suci ini dalam mitologi Hindu-Buddha dianggap pohon yang dapat memenuhi harapan dan kebutuhan manusia. Di kaki pohon Kalpataru ini diapit oleh pasangan kinnara-kinnari (hewan ajaib bertubuh burung berkepala manusia), atau pasangan hewan lainnya, seperti burung, kijang, domba, monyet, kuda, gajah, dan lain-lain. Pola singa diapit kalpataru adalah pola khas yang hanya ditemukan di Prambanan, karena itulah disebut "Panil Prambanan".
Museum Prambanan
Di dalam kompleks taman purbakala candi Prambanan terdapat sebuah museum yang menyimpan berbagai temuan benda bersejarah purbakala. Museum ini terletak di sisi utara Candi Prambanan, antara candi Prambanan dan candi Lumbung. Museum ini dibangun dalam arsitektur tradisional Jawa, berupa rumah joglo. Koleksi yang tersimpan di museum ini adalah berbagai batu-batu candi dan berbagai arca yang ditemukan di sekitar lokasi candi Prambanan; misalnya arca lembu Nandi, resi Agastya, Siwa, Wishnu, Garuda, dan arca Durga Mahisasuramardini, termasuk pula batu Lingga Siwa, sebagai lambang kesuburan.
Replika harta karun emas temuan Wonoboyo yang terkenal itu, berupa mangkuk berukir Ramayana, gayung, tas, uang, dan perhiasan emas, juga dipamekan di museum ini. Temuan Wonoboyo yang asli kini disimpan di Museum Nasional Indonesia di Jakarta. Replika model arsitektur beberapa candi seperti Prambanan, Borobudur, dan Plaosan juga dipamerkan di museum ini. Museum ini dapat dimasuki secara gratis oleh pengunjung taman purbakala Prambanan karena tiket masuk taman wisata sudah termasuk museum ini. Pertunjukan audio visual mengenai candi Prambanan juga ditampilkan disini.

6.         Aspek Ikonografi
Terdapat banyak arca yang ditemukan di Candi Prambanan seperti Dewa Siwa, Dewa Wisnu, Dewa Brahma, Dewa Ganesha, Dewi Durga, Andini, Dewa Candra, dan Dewa Surya.
Arca Dewa Siwa yang terletak di bilik utama candi induk, arca ini memiliki Lakçana (atribut atau simbol) Siwa, yaitu chandrakapala (tengkorak di atas bulan sabit),  jatamakuta (mahkota keagungan), dan trinetra (mata ketiga) di dahinya. Arca ini memiliki empat lengan yang memegang atribut Siwa, seperti aksamala (tasbih), camara (rambut ekor kuda pengusir lalat), dan trisula. Arca ini mengenakan upawita (tali kasta) berbentuk ular naga (kobra). Siwa digambarkan mengenakan cawat dari kulit harimau, digambarkan dengan ukiran kepala, cakar, dan ekor harimau di pahanya. Arca ini berdiri di atas Padmasana (singgasana berbentuk bunga teratai). Sebagian sejarawan beranggapa bahwa arca Siwa ini merupakan perwujudan raja Balitung sebagai dewa Siwa, sebagai arca pedharmaan anumerta dia. Sehingga ketika raja ini wafat, arwahnya dianggap bersatu kembali dengan dewa penitisnya yaitu Siwa. Arca Siwa Mahadewa ini berdiri di atas lapik bunga padma di atas landasan persegi berbentuk yoni yang pada sisi utaranya terukir ular Nāga (kobra).
Selain Dewa Siwa terdapat arca Agastya yang berada di relung sebelah selatan, dan memiliki ciri berdiri tegak di atas Padmasana (singgasana berbentuk bunga teratai) yang berada di umpak berbentuk yoni, berperut gendut/buncit, berkumis dan berjenggot, dan memiliki dua tangan, tangan kanan diletakkan di depan dada dengan memegang aksamala (tasbis), dan tangan kiri berada di pinggul beserta membawa kamandalu (kendi air amerta). Di pundak kirinya terdapat camara (rambut ekor kuda pengusir lalat).
Di relung belakang atau barat candi utama terdapat arca Ganesha, Ganesha merupakan Dewa Ilmu Pengetahuan dan anak Dewa Siwa. Arca ini memiliki ciri berbadan manusia dan berkepala gajah, memiliki empat tangan dan setiap tangan membawa laksana berupa, tangan kanan belakang membawa parasu (kapak), tangan kiri belakang membawa aksamala (tasbih), di tangan kiri depan memegang patahan gadingnya yang sebelah kanan, dan di tangan depan kanan memegang mangkuk. Dimangkuk ini ujung belalainya dimasukakan ke dalam mangkuk tersebut. Arca Ganesha duduk di atas Padmasana (singgasana berbentuk bunga teratai). Sebagai tanda ia adalah anak Dewa Siwa, pada mahkotanya terdapat simboltengkorak dan bulan sabit (Ardhacandrakapala).
Di relung utara Candi induk terdapat arca Dewi Durga. Di dalam cerita rakyat Prambanan, Durga Mahisasuramardini dianggap sebagai Roro Jonggrang yang telah dikutuk oleh Bandung Bondowoso. Durga adalah dewi kematian sehingga arcanya menghadap ke arah utara yang merupakan arah mata angin kematian. Di gambarkan berwujud wanita bertangan delapan yang memegang beraneka ragam senjata cakra (tangan kanan paling atas), gada (tangan kanan kedua dari atas), anak panah (tangan kanan ketiga dari atas), perisai (tangan kiri kedua dari atas), busur (tangan kiri ketiga dari atas), sankha (tangan kiri paling atas), memegang ekor nandhi (tangan kanan paling bawah), dan memegang raksasa (rambutnya) (tangan kiri paling bawah). Digambarkan berdiri diatas mehisa dalm sikap trihanda (tiga gaya gerak yang membentuk tiga lekukan tubuh).

Di sebelah utara candi induk terdapat candi Wisnu yang dimana Dewa Wisnu adalah dewa pemelihara. Dewa ini memiliki ciri berdiri tegak di atas padmashana dan padmashana diatas yoni. Bertangan empat, dan masing0masing membawa laksana, tangan kanan atas membawa cakra, tangan kiri atas membawa , tangan kanan bawa memegang gada, dan tangan kiri bawah memegang seperti lembaran kulit. Memakai mahkota dan dia merupakan salah satu dewa yang selalu turun ke dunia dalam bentuk penjelmaan (awatara) untuk menjaga alam semesta dari marabahaya. Awatara terkenal adalah Sri Rama dan Krishna.
Di depan candi induk terdapat dua relung, relung tersebut diisi oleh Mahakala dan Nandiswara. Mahakala berada di sebelah kanan pintu masuk, merupakan perwujudan Dewa Siwa yang digambarkan dalam bentuk kroda (marah), dia digambarkan dengan roman muka yang menakutkan seperti raksasa dan membawa gada. Sedangkan Nandiswara atay sering disebut Nandikeswara merupakan salah satu pengiring Dewa Siwa.
Di depan candi induk terdapat candi wahana, candi wahana ini merupakan kendaraan Siwa, kendaraan tersebut adalah Nandi. Nandi digambarkan berupa sapi yang berpunuk dengan kondisi duduk. Selain itu juga terdapat dua arca dibelakang Nandi yakni, Dewa Candra (Dewa Bulan) dan Dewa Surya (Dewa Matahari). Dewa Candra digambarkan dengan berdiri tegak, bertangan dua dan membawa laksana, seperti sankha ditangan kanannya, dan gada di tangan kirinya. Selain itu juga digambarkan berdiri di atas kereta yang ditarik oleh 10 ekor kuda. Sedangkan Dewa Surya memiliki ciri berdiri tegak dan memiliki dua tangan, kedua tangan terletak di depan perutnya dan menaiki kereta ditarik 7 kuda.


Selain dewa-dewa di atas juga terdapat dewa-dewa Lokapala (dewa-dewa penjaga arah mata angin). Arca ini dipahatkan pada dinding kaki candi, jumlahnya sebanyak 24 buah. Secara garis besar, nama-nama dan posisi dewa-dewa Lokapala dapat digambarkan sebagai berikut:

Nama Dewa
Menjaga arah mata angin
Kuwera
Utara
Isana
Timur laut
Indra
Timur
Agni
Tenggara
Yama
Selatan
Niruti
Barat Daya
Baruna
Barat
Bayu
Barat laut

Selain arca juga terdapat keistimewaan tersendiri yang hanya dimiliki oleh Prambanan, yakni Panil Prambanan. Panil ini dipahatkan di antara bingkai bawah atas pagar langkan bagian luar kaki candi. Panil atau Motif Prambanan, merupakan motif satu-satunya di Indonesia. Di dalam satu motif Prambanan terdapat tiga relung yang berisikan tokoh singa dalam posisi duduk dan diapit oleh dua phon kalpataru. Jumlah motif Prambanan berjumlah135 panil, tersebar di Candi Siwa 32 panil, Candi Brahma 23 panil, Candi Wisnu 23 panil, Candi Nandi 19 panil, Candi Garuda 19 panil, dan Candi Angsa 19 panil.
  

Wasalam..^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar